Remaja Sehat Remaja Bahagia, di Era Gen Z?
Menjadi Remaja di Era Gen Z, yang lahir, tumbuh, dan dibesarkan di era digital dengan kecanggihan teknologi membuat mereka dilabeli menjadi generasi yang minim batasan (boundary-less generation). Preferensi mereka membentuk pola pikir global (global mindset). Di sisi lain mereka menjadi sulit mendefinisikan diri mereka sendiri, dan sering berubah-ubah berdasarkan berbagai hal yang mempengaruhi mereka dalam berpikir dan bertindak. Hatta, dapatkah remaja Gen Z ini menjadi remaja yang sehat dan bahagia di tengah transformasi digital?
Jumat, 12 Dzulhijjah 1444 H/30 Juni 2023, nampak antusias anak-anak Panti Asuhan Yatim Putri ‘Aisyiyah “Hj. Alfiatun Ihsan” Kebumen mengikuti acara TEPAK (Temu Penguatan Anak dan Keluarga) sesi anak dalam Panti Asuhan dan Anak dalam Asuhan Keluarga.
Bertempat di aula bawah Panti Asuhan Yatim Putri “Hj. Alfiatun Ihsan” Kebumen 28 Anak dalam Panti Asuhan dan 3 Anak dalam Asuhan Keluarga menyimak dengan seksama penjelasan materi dari Ibu Hj. Yulaida, Psikolog Klinis mengenai “Remaja Sehat Remaja Bahagia”.
Pemateri adalah konsultan psikologi di Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah “Hj. Alfiatun Ihsan” Kebumen. Selain memberikan layanan konsultasi kepada anak Panti Asuhan secara pribadi, Beliau juga rutin minimal satu semester sekali memberikan pendampingan dan arahan kepada anak-anak Panti Asuhan melalui acara TEPAK seperti yang dilaksanakan pada pukul 11.00-13.00 WIB siang hari ini.
Acara tersebut dihadiri oleh beberapa tamu undangan di antara yang hadir adalah Ibu Hj. Sri Ismi Harini, S.Sos. dari Pimpinan Cabang ‘Aisyiyah Kebumen, Ibu Tri Sulistyowati dari Majelis Kesejahteraan Sosial-Pimpinan Cabang ‘Aisyiyah Kebumen, Tenaga Kerja Sosial Panti Asuhan Yatim Putri “Hj. Alfiatun Ihsan” Kebumen, Ibu Handariyah Sri Suliastini, S.Sos., selain tamu undangan hadir juga Badan Pengurus Harian Ibu Soetjiwirati Worosajekti, S.H., Ibu Siti Khotimah, S.Pd., dan Ibu Hj. Muchibah. Pihak Pengelola Panti Asuhan Ibu Siti Fatimah Zahroh, S.Ag., selaku Kepala Panti Asuhan, Staf Administrasi, Staf Keuangan, dan Staf Pengasuhan Panti Asuhan Yatim Putri ‘Aisyiyah “Hj. Alfiatun Ihsan” Kebumen.
Acara yang dimoderatori oleh Ari Kusriyah ini dimulai dengan pembukaan, dilanjutkan dengan pembacaan kalam Ilahi beserta artinya oleh Ailin Agustina dan Gita Sari, kemudian prakata dari Kepala Panti Asuhan, dalam sambutannya Ibu Siti Fatimah Zahroh, S.Ag. menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Ibu Hj. Yulaida, Psikolog Klinis yang menyempatkan diri untuk membersamai anak-anak Panti Asuhan, juga kepada semua tamu undangan yang hadir. Kepada semua pihak yang menyukseskan acara ini. Beliau juga memohon maaf jika dalam menyiapkan tempat dan lainnya masih banyak kekurangan.
Acara inti yakni pemaparan materi oleh Ibu Hj. Yulaida, Psikolog Klinis dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan diskusi dengan audiens. Beberapa anak yang aktif bertanya mendapatkan bingkisan sebagai bentuk apresiasi keberanian dan keaktifan meraka dalam sesi diskusi. Adapaun pemaparan materi yang disampaikan oleh Ibu Hj. Yulaida, Psikolog Klinis adalah mengenai “Remaja Sehat Remaja Bahagia”, seperti apa penjelasan Beliau? Berikut Ikhtisarnya.
Di Awal pemaparan materi Ibu Hj. Yulaida, Psikolog Klinis menjelaskan mengenai definisi masa remaja menurut WHO, BKKBN, dan menurut Lewin. Remaja merupakan penduduk dengan usia rentang 10-18, (pendapat lain 10-19 tahun, 10-24 tahun dan belum menikah) Menurut Lewin, remaja berada di tempat marginal. Remaja merupakan masa peralihan dari anak anak menuju dewasa, sering dikatakan bahwa remaja berada di masa transisi yang sebagaian orang mengatakan bahwa remaja itu adalah masa di mana seseorang dalam posisi yang labil (tidak jelas), bahkan pada setiap fase masa remaja yang dialami oleh seseorang, baik pra remaja(pra pubertas), remaja, dan masa remaja akhir.
Lebih lanjut Beliau menjelaskan mengenai perubahan yang terjadi pada masa remaja. Perubahan pada remaja perempuan salah satunya ditandai dengan adanya masa menarche pada remaja perempuan saat ini maju dua tahun dari masa yang terdahulu. Masa Pra Pubertas, terjadi lebih awal sebelum seseorang memasuki masa remaja. Periode kurang lebih 2 tahun sebelum terjadinya pemasakan seksual yang sesungguhnya, akan tetapi sudah terjadi tahap perkembangan fisiologis yang berhubungan dengan pemasakan kelenjar endokrin, yang memproduksi hormon, selain itu faktor gaya hidup dan lingkungan juga sangat berpengaruh.
Berbicara mengenai hormon pada remaja perempuan, hormon akan mulai meningkat di hari pertama menstruasi, ada hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone), hormon estrogen, hormon androgen yang memicu rasa tertatik kepada lawan jenis. Perubahan hormonal ini membuat anak mengalami dan merasakan hal-hal yang sebelumnya belum pernah dirasakan, termasuk emosi yang tidak stabil/ mood swing dan sikap yang emosional yang muncul secara tiba-tiba.
Hormon tersebut memberikan rangsangan kepada anak, sehingga anak merasakan rangsangan-rangsangan tertentu yang menyebabkan rasa tidak tenang dalam diri anak, suatu rasa yang belum pernah dialami sebelumya, yang tidak ia mengerti. Perubahan ini harus dapat dikelola dengan baik agar remaja mampu melewati masa remajanya dengan baik dan tuntas dengan cara yang menyenangkan sehingga tidak meninggalkan sisa ketika ia memasuki masa dewasa.
Perubahan hormonal yang terjadi dapat terlihat dari adanya perubahan fisik, psikologis, sosial, seksual (laki-laki akan keluar sperma atau yang sering disebut dengan mimpi basah dan perempuan akan mengalami sebuah fase yang dinamakan menstruasi). Seperti apa perubahan atau fase pertumbuhan pada remaja?
Pertama, perubahan atau pertumbuhan fisik. Pertumbuhan fisik yang dialami remaja laki-laki berupa perubahan suara, tumbuhnya jakun, kulit kasar, tumbuh rambut di bagian tertentu, otot membesar, perubahan pada ukuran kelamin. Sedang pada perempuan akan tumbuh payudara dimana akan berfungsi untuk menyusui anak ketika ia menjadi seorang ibu, kulit halus, tumbuh rambut di area tertentu, dan tulang panggul yang berubah yang akan sangat berguna dalam membantu sistem reproduksi dalam proses melahirkan. Lebih lanjut kita bahas mengenai sistem reproduksi pada (remaja) perempuan, poin yang ketiga yang disampaikan terkait anatomi dan fisiologi sitem reproduksi (remaja) perempuan lebih kompleks dari pada sistem reproduksi pada (remaja) laki-laki.
Hatta, poin ke-empat yang disampaikan adalah mengenai karakteristik masa remaja perempuan, memiliki beberapa ciri-ciri diantaranya tampak adanya kelamin sekunder, pertumbuhan badan yang cepat, menarche, suara lebih lembut, dan berbagai perubahan psikis yang dialaminya.
Bagaimana kita memahami masa remaja? Masa remaja bisa menjadi masa yang membahayakan jika tidak dilalui dengan tuntas, dengan baik dan menyenangkan. Bagaimana seorang remaja mengamankan masa remajanya, menjaga, bahkan sampai bagaimana remaja membersihkan anggota tubuh, merawatnya dengan baik. Jika masa pubertas ini tidak terjaga dengan baik maka akan berpengaruh pada masa dewasanya.
Banyak terjadi kasus pada remaja di berbagai megara seperti Thailand, Beijing, Hanoi, bahkan Ibukota Jakarta anak usia 10 tahun terjangkit penyakit HIV, sifilis, raja singa, kecanduan game dan pornografi. Banyak remaja yang terjebak pada peer group yang tidak sehat, memaknai pergaulan yang terlampau jauh mulai dari pacaran hingga yang paling parah free sex dan narkoba.
Hal tersebut bermula dari remaja yang memaknai pergaulan melampaui batas, dengan berpacaran. Remaja yang berpacaran hampir semua energi terkuras dan terfokus pada satu hal, padahal yang sedang berpacaran tersebut jelas-jelas belum bisa bertanggung jawab. Remaja yang berpacaran sejak dini lebih rentan dan memiliki potensi yang lebih tinggi mengalami gangguan jiwa. Ia akan mudah stres, depresi, sedih, marah, kecewa, merasa diabaikan dan sebagainya. Salah satu penyebab stres pada remaja adalah remaja tersebut memiliki self esteem yang rendah. Pemahaman terhadap seks dan cinta yang salah atau bahkan belum tersampaikan dengan baik kepada remaja yang bermasalah. Dimana cinta itu menjaga, merawat, melindungi sementara seks sebelum waktunya itu merusak diri dan masa depan.
Pergaulan dan seks bebas mengakibatkan dinamika psikologis perilaku seks yang tidak sehat. Seorang remaja yang berpacaran dan melakukan seks di luar nikah (read) seks bebas, hingga hamil di luar nikah akan menyebabkan adanya aborsi janin, bunuh diri, ketakutan, dan hilangnya kesempatan berkarya dan meraih cita-cita. Jika remaja tersebut memilih untuk menikah maka akan berganti peran menjadi orangt tua, jangankan bermasyarakat, bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri pun belum mampu. Akhirnya munculah permasalahan baru seperti cemas yang berlebihan, perceraian, KDRT, gangguan kejiwaan, depresi dan sebagainya.
Bagaimana agar seorang remaja bisa menjaga diri agar tetap sehat? Agar tetap bahagia? Tanpa harus ada rasa cemas, sedih, marah, takut, kecewa karena pacaran dini? Adalah dengan mengelola rasa cinta dengan benar dan baik. Cinta merupakan sesuatu yang normal, dan merupakan fitrah, sedang kualitas diri, nilai diri seseorang akan terlihat bagaimana ia mengelola rasa cinta itu menjadi sebuah kebaikan dan kebahagiaan bukan sebaliknya. Asah potensi dan tunjukkan prestasi.
Banyak hal positif yang bisa dilakukan remaja sebagai bentuk “pengalihan” juga untuk mengelola rasa “cinta” yang hadir agar dapat dikelola dengan baik. Seorang remaja bisa mengasah minat dan bakatnya, misal olahraga, potensi yang dimilikinya, belajar, mengaji, dan ikut berbagai kegiatan organisasi yang positif, dan memilih circle pertemanan dan peer group yang baik. Karena 80-85% (angka yang cukup tinggi) kenakalan remaja itu terjadi karena ia memiliki peer group yang tidak sehat/salah. Puasa dalam makna sesungguhnya dan puasa menahan diri dari hal-hal yang tidak diperbolehkan juga termasuk di dalamnya.
Tingkatkan nilai diri, bahwa setiap diri remaja adalah sangat berharga, bernilai tinggi, jangan mau dengan sembarang orang, jangan mau diajak ke sembarang tempat, stop perilaku menyimpang. Perbaiki diri, menjaga diri sendiri, koreksi emosi diri, pemahaman terhadap agama ditingkatkan, nilai-nilai agama diamalkan sebagai penguatan menuju masa dewasa, sehingga tidak ada sisa-sisa gangguan jiwa pada masa remaja ketika ia memasuki masa dewasa.
Kendali diri yang bagus juga diperlukan agar seorang remaja ketika menghadapi sebuah permasalahan ia tidak lari kepada hal-hal yang bisa menjerumuskan atau merugikan seperti self harm. Ia melukai diri sendiri demi menghilangkan rasa kecewa, stres atau depresi yang dirasakan, dan ini biasanya cenderung terjadi pada anak yang introvert dimana memiliki kecenderungan untuk memendam semua permasalahan sendiri, tidak mencari solusi. Ia bisa memilih untuk menulis, melukis atau hal lain untuk meluapkan emosinya, kemudian coba untuk rileks, dan ceritakan, jika perlu untuk bercerita maka pada orang yang bisa dipercaya.
Seorang remaja pasti pernah mmengalami masa down, tergantung bagaimana ia mencoba untuk bangkit kembali (resiliensi), dengan defense mechanism yang ia miliki. Ia harus memahami seberapa kadar pikiran dan perasaan yang tidak enak yang ia alami, kebiasaan atau habbit apa yang ia lakukan untuk memulihkan kembali ia ke kondisi yang membuat ia nyaman dan tenang.
Komentar
Posting Komentar